a l t e r e g o s e n s i t i f





Alterego juga adalah sebuah nama grup musik/band lokal yang berasal dari Yogyakarta, entah kenapa baru bulan Oktober 2010 kemarin mereka terbentuk. Alterego adalah blasteran Wonosobo dan Yogyakarta, jadinya bilingual. Jika dua personil berbicara bahasa planet (dibaca : ngapak), maka dua personil akan mengikutinya, contoh : ngapa si ya? Prige? Njalok thokol e mbokan! (mari kita coba inggris kan : what is it my friend? You look like shit! So gimme your guitar’s strings!). Jika dua personil berbicara bahasa jawa khas Jogja, maka dua personil lain akan mengikutinya juga, contoh : gek ndene boy! Weh ngopo tho nek raimu jrawaten? (coba lagi kita inggrisin : come on dude we’re getting late! Oh my God, your face.. acne is everywhere! What is it my friend?). 


Dua personil pria dari Yogyakarta adalah, mari kita sambut Agib Tanjung dan Bagoes Kresnawan!. Nama yang disebut pertama, dia memainkan instrumen empat senar besar atau yang biasa disebut bass sekaligus mem back up vokal utama yang sok-sok out of pitch dan yang kedua memainkan alat tabuh (emangnya rebana?), bukan ini namanya dram yang dibunyikan dengan cara dipukul pake stick kayu sekaligus pula dia memainkan perkusi. Dua personil pria dari Wonosobo adalah, sebentar sebenarnya mereka berdua dari pucuk kabupaten, tepatnya desa Patak Banteng, di Pegunungan Dieng. Mereka adalah, mari kita sambut kembali Nova Abdillah dan Aizz Aziz!, nama pertama menjabat sebagai vokalis merangkap mainan gitar dan yang kedua benar-benar memainkan gitar dan melodi sekaligus juga midi. Mereka berempat berusia 20 an, abaikan dulu ngapain saja mereka menghabiskan umur sebelum itu, tapi sekarang mereka tergabung dalam satu grup, setiap personil adalah alterego bagi personil lain. Tidak lagi pula peduli mereka berasal dari dataran tinggi atau rendah. Jadi alterego tak pelak lagi, sekarang adalah Bagoes, Aziz, Agib dan Artzex!.

Mari kita sempitkan, berbicara mengenai grup band, juga pasti akan membicarakan jenis musik apa yang mereka bawakan. Pada dasarnya alterego memainkan nada-nada pop dengan balutan distorsi dan vokal yang agak kasar ala post grunge. Keempat personil hampir memiliki kesamaan dalam selera musik, satu personil mendengarkan Foo Fighters begitu pula yang lain. Ada yang tergila-gila dengan The Vines, ada yang menggandrungi AVA bahkan Slank dan Motley Crue. Nada-nada yang kita dengarkan sewaktu umur masih di bawah 10 tahun biasanya itu yang secara tidak langsung akan keluar ketika kita membuat lagu, di 7 atau 10 tahun kemudian. Alterego bisa dikatakan sudah memiliki apa yang disebut red yarn di dalam sebuah lagu, yang mana lagu tersebut akan mencirikan jenis musik band tersebut. 

Alterego, dalam satu lagu bisa terdengar simpel dan satu lagu yang lain kita bisa melihat progresi kord yang berlarian kemana-mana, jadi kita harus mendengarkannya beberapa kali untuk bisa menangkap pelarian itu. Alterego, satu lirik lagu bisa terdengar kasar dan insane, satu lirik lagu bisa terdengar syahdu dan pilu. Unpredictable. Mengingatkan narrator pada salah satu lagu milik Camera Obscura yang berjudul ‘Lloyid, i’m ready to be heartbroken’. Mereka tidak pernah mencoba membatasi setiap gagasan dari kepala yang muncul, jadi mereka kadang dibuat terkejut sendiri oleh ide mereka yang biasa-biasa saja. ‘kok bisa gini ya..’ ‘bagaimana kita bisa membuat seperti ini?’ ‘This is bloody awesome!’. Tidak apalah, kan katanya anak band, jadi harus narsis!. Haha.

Membayangkan memang menyebalkan, maka dari itu mari kita langsung dengarkan saja karya musik mereka. Disini!, siniii lhoo!, DISANA!

Categories:

4 Responses so far.

  1. btw seneng camera obscura juga toh...?

  2. nggak gitu sih, mung wes tau ngringokke wae hehe

  3. RANGERS says:

    kalo alterego nyanyiin Ileggal motivesnya kembali masih bisa kah ?

    lama ga liat "aborsi live "

  4. Anonim says:

    wah josss tenan lagune.... what ever you say (jawabane) hahahah..... lanjot......!!!!

Leave a Reply